Seputar Dunia Pendidikan

Sunday, 8 July 2018

Puisi-puisi Sunaryo JW - Riau Pos - edisi 3 Juni 2018



DOA BAGI MAWAR
: kepada kawanku, Dimar.

di pucuk subuh yang dingin
setangkai mawar mekar
di taman belakang
rumah Itov Sakha.

‘tapi, mawar yang mekar itu
mungkin, tak bisa
semerah dulu lagi’ kata Ubai
—sebagai ahli mawar
kepercayaan Itov Sakha.

sebab, pernah suatu kali
seorang pengunjung
mematahkan rantingnya.

‘mungkin! kerna merah
pada mawar itu
tidaklah pudar selamanya,

ia hanya perlu waktu
untuk bisa berdaya
dan kekuatan, untuk bisa mekar
bagai sediakala’ sahut Raudah

seorang pengamat mawar
yang diam-diam mendengar
percakapan kami sejak tadi;

kami pun duduk
bertiga, sambil menunggu
mekar kembang fajar.

sambil menunggu
diam-diam aku merapal doa
bagi setangkai mawar yang mekar
di pucuk subuh yang dingin itu;

semoga esok, atau mungkin lusa
tiba waktumu mekar kembali
utuh dengan seluruh
aneka tata warna.

-----------------------------------------
Padangsidempuan, April 2018
-----------------------------------------

BERANG
: kepada presiden mahasiswa kampusku

kau bahkan nyaman sebagai belukar;
gampang dibabat dan dibakar

sementara, mamak kita kau umbar
telanjang terkapar di tanah kasar.

kini, kita pun tak lagi
perlu bertukar kabar;

sebab, kau kini api
dan aku adalah air kali—

air kali tak akan
sekutu pada api;

kenangkanlah,
yang telanjang dan terkapar
adalah tubuh seorang mamak

: mamak yang teraniaya itu
adalah kampus kita sendiri.

------------------------------------------
Padangsidempuan, 20 April 2018
------------------------------------------

KEBOHONGAN PEMILIK RUMAH
: kepada pemilik rumah pendidikan di sidempuan.

dulu, kita pun sepakat akan
meledakkan bom
di rumah warisan bapakmu.

kerna kita sama-sama tahu,
rumah itu telah diambil alih
kawanan penjajah, kau pun

tanpa ragu menjelaskan
posisi berdirimu—demi istri
juga anak-anakmu.

kita pun lalu sepakat
sebelum pukul dua belas
nanti berbagi tugas—

aku meletakkan bom
dan kau meledakkan.

dan…

terwujudlah kesepakatan kita itu—
bom pun meledak beserta aku.

------------------------------------------
Padangsidempuan, April 2018
------------------------------------------

KULIHAT DEBU DI WAJAH MAMAK
: bagi sebuah kampus anti kritik di sidempuan.

kulihat debu di wajah mamak dari mulut tetangga
aku muak, setiap hari mulut tetangga itu meracau;

‘amat tebal debu di wajah mamak
semakin tebal debu di wajah mamak’

wajah mamak adalah gedung-gedung perkuliahan
debu adalah watak-watak impostor
para dosen dan mahasiswa.

wajah mamak adalah gelar strata dan ijazah
debu adalah pungli dan bisnis skripsi, selalu

kulihat debu di wajah mamak dari mulut tetangga
sementara, bapak malah tertawa
—tak sadar bahwa ia sedang

menertawai kebodohannya sendiri.

------------------------------------------
Padangsidempuan, April 2018
------------------------------------------

MENUNGGU KABAR KEKASIH

kepada langit senjakala
aku berkata:

“janganlah tidur terlalu cepat
sebab jarak rumah kekasihku
sangatlah jauh dari kampusnya”

malam!
ya, malam!
janganlah kau buka tirai
secepat biasanya—tunggulah angkot
yang mengantar kekasihku
sampai dulu ke rumahnya

agar kekasihku bisa
secepatnya mengisi daya
telepon gengam miliknya.

--------------------------------------
Padangsidempuan, April 2018
--------------------------------------

PERIHAL KOTA SALAK

1/
Manakala pejabat menyodomi trotoar,
Empu-empu hukum yang rutin
menangkapi walang-walang kecil
di jalan raya
malah berpaling muka.

2/
Bahkan saat penghulu kota madya
membangun vila di tengah kemandulannya
sebagai lelaki beristri,
media justru menyabdakan:

Sebab dialah penghulunya
kota sekarang sehat, maju, dan sejahtera.
Sebab dialah penghulunya
tak ada lagi lubang di jalan kota.

Mari!
sama-sama mengaminkannya.

3/
Alangkah dahsyatnya tuak
di kota salak, cukup setetes
siapa pun sudah mabuk dibuatnya.

Tapi, tentu, ada syaratnya;
tak usah jadi pemberontak,
kalau mau bebas menenggak tuak.
----------------------------------------
Januari 2018
----------------------------------------

SIMARSAYANG
: potret asmara di Sidempuan.

Di pondok satu kali satu itu
Aku mendengar bisik
tipu daya asmara:

‘Percayalah, aku pasti datang
meminangmu, Sayang’

Ia mengangguk.

‘Jangan takut, Sayang,
tak ada yang berani
menangkap kita di sini,
Sebab, mereka pun bayar
uang keamanan’

Lalu, berpadulah
dua pusaka insan
tak berjasa itu

di situ,
di tempat-tempat
yang memang disediakan
untuk orang-orang
memadu pusaka.
----------------------------------------
Januari 2018
----------------------------------------

ELEGI KACA
: terkenang Amel Nasution--korban intimidasi guru
di sekolah, Padangsidempuan.

Amel, sebuah kaca pecah
di ruang tata rias.

'Seorang perempuan melempar kursi, kemarin,'.
kata seekor kutu yang terselip di sisir.
'Ia marah besar, saat tahu ada botak di kepalanya,'.

Amel, sebagai kaca
fungsimu tepat!

Tapi, alangkah malang nasibmu, kau salah
menurut perempuan (botak) itu.

Jadi begini, baginya,
sekalipun kau kaca, tetap kau
tak boleh menampakkan
sisi selain
cantik parasnya.

Amel,
sungguh, sebagai kaca
fungsimu tepat;

Tapi, ya, sekali lagi
kau tetap salah
bagi perempuan
di ruang tata rias itu.

Kerna kau
adalah mimpi buruk
bagi mereka.

----------------------------------------
Batang Pane II, Februari 2018
----------------------------------------

POTRET KKN

Sidempuan kota,
Perempuan dengan lubang bisul
di seluruh badannya.

Kerna ingin terlihat cantik
saat menghadiri pesta perkawinan
siang dengan malam,
Maka, dipakainya gaun termahal
dari Plaza--Indonesia bahkan Eropa.

Tapi, bisul tetap saja bisul,
bisa tumbuh di tangan
bokong, betis, jidat bahkan
di selangkangan.

Sidempuan kota,
Perempuan dengan lubang bisul
di seluruh badannya;
bertaubatlah atas dosa-dosa
megalomaniamu itu.

Sebelum orang-orang lajang tua
yang gagal kawin lantaran
tak punya biaya
bangun dari tidurnya.

Lihatlah!
ada pisau di tangannya.

----------------------------------------
Padangsidempuan, Januari 2018
----------------------------------------

PADANG NADIMPU
-nama sebelum Sidempuan

1 /
Padang Nadimpu.
Sebagai kota
dialah kota tanpa putra-putri
dari tiga lelaki
yang meminangnya.

2 /
Pengemis baris
tak perduli gerimis.
Anak mama
bebas mengisap ganja.

Mereka pun
Tertawa tanpa protes
Umak-Ayahnya.

3 /
Padang Nadimpu.
Bagai etalase rusak
di toko, dan
sepotong arang dalam
comberan.

4 /
Kini, masihkah
Kami harus percaya
Pada pernikahan-
pernikahan berikutnya

Cukup,
Aku rasa tidak!
----------------------------------------
Padangsidempuan, Januari 2018
----------------------------------------