Puisi-puisi Sunaryo JW - Riau Pos - edisi 3 Juni 2018
:
kepada kawanku, Dimar.
di
pucuk subuh yang dingin
setangkai
mawar mekar
di
taman belakang
rumah
Itov Sakha.
‘tapi,
mawar yang mekar itu
mungkin,
tak bisa
semerah
dulu lagi’ kata Ubai
—sebagai
ahli mawar
kepercayaan
Itov Sakha.
sebab,
pernah suatu kali
seorang
pengunjung
mematahkan
rantingnya.
‘mungkin!
kerna merah
pada
mawar itu
tidaklah
pudar selamanya,
ia
hanya perlu waktu
untuk
bisa berdaya
dan
kekuatan, untuk bisa mekar
bagai
sediakala’ sahut Raudah
seorang
pengamat mawar
yang
diam-diam mendengar
percakapan
kami sejak tadi;
kami
pun duduk
bertiga,
sambil menunggu
mekar
kembang fajar.
sambil
menunggu
diam-diam
aku merapal doa
bagi
setangkai mawar yang mekar
di
pucuk subuh yang dingin itu;
semoga
esok, atau mungkin lusa
tiba
waktumu mekar kembali
utuh
dengan seluruh
aneka
tata warna.
-----------------------------------------
Padangsidempuan,
April 2018
-----------------------------------------
BERANG
:
kepada presiden mahasiswa kampusku
kau
bahkan nyaman sebagai belukar;
gampang
dibabat dan dibakar
sementara,
mamak kita kau umbar
telanjang
terkapar di tanah kasar.
kini,
kita pun tak lagi
perlu
bertukar kabar;
sebab,
kau kini api
dan
aku adalah air kali—
air
kali tak akan
sekutu
pada api;
kenangkanlah,
yang
telanjang dan terkapar
adalah
tubuh seorang mamak
:
mamak yang teraniaya itu
adalah
kampus kita sendiri.
------------------------------------------
Padangsidempuan,
20 April 2018
------------------------------------------
KEBOHONGAN
PEMILIK RUMAH
:
kepada pemilik rumah pendidikan di sidempuan.
dulu,
kita pun sepakat akan
meledakkan
bom
di
rumah warisan bapakmu.
kerna
kita sama-sama tahu,
rumah
itu telah diambil alih
kawanan
penjajah, kau pun
tanpa
ragu menjelaskan
posisi
berdirimu—demi istri
juga
anak-anakmu.
kita
pun lalu sepakat
sebelum
pukul dua belas
nanti
berbagi tugas—
aku
meletakkan bom
dan
kau meledakkan.
dan…
terwujudlah
kesepakatan kita itu—
bom
pun meledak beserta aku.
------------------------------------------
Padangsidempuan,
April 2018
------------------------------------------
KULIHAT DEBU DI
WAJAH MAMAK
:
bagi sebuah kampus anti kritik di sidempuan.
kulihat
debu di wajah mamak dari mulut tetangga
aku
muak, setiap hari mulut tetangga itu meracau;
‘amat
tebal debu di wajah mamak
semakin
tebal debu di wajah mamak’
wajah
mamak adalah gedung-gedung perkuliahan
debu
adalah watak-watak impostor
para
dosen dan mahasiswa.
wajah
mamak adalah gelar strata dan ijazah
debu
adalah pungli dan bisnis skripsi, selalu
kulihat
debu di wajah mamak dari mulut tetangga
sementara,
bapak malah tertawa
—tak
sadar bahwa ia sedang
menertawai
kebodohannya sendiri.
------------------------------------------
Padangsidempuan,
April 2018
------------------------------------------
MENUNGGU KABAR
KEKASIH
kepada
langit senjakala
aku
berkata:
“janganlah
tidur terlalu cepat
sebab
jarak rumah kekasihku
sangatlah
jauh dari kampusnya”
malam!
ya,
malam!
janganlah
kau buka tirai
secepat
biasanya—tunggulah angkot
yang
mengantar kekasihku
sampai
dulu ke rumahnya
agar
kekasihku bisa
secepatnya
mengisi daya
telepon
gengam miliknya.
--------------------------------------
Padangsidempuan,
April 2018
--------------------------------------
PERIHAL KOTA SALAK
1/
Manakala pejabat menyodomi trotoar,
Empu-empu hukum yang rutin
menangkapi walang-walang kecil
di jalan raya
malah berpaling muka.
2/
Bahkan saat penghulu kota madya
membangun vila di tengah kemandulannya
sebagai lelaki beristri,
media justru menyabdakan:
Sebab dialah penghulunya
kota sekarang sehat, maju, dan sejahtera.
Sebab dialah penghulunya
tak ada lagi lubang di jalan kota.
Mari!
sama-sama mengaminkannya.
3/
Alangkah dahsyatnya tuak
di kota salak, cukup setetes
siapa pun sudah mabuk dibuatnya.
Tapi, tentu, ada syaratnya;
tak usah jadi pemberontak,
kalau mau bebas menenggak tuak.
----------------------------------------
Januari 2018
Januari 2018
----------------------------------------
SIMARSAYANG
: potret asmara di Sidempuan.
Di pondok satu kali satu itu
Aku mendengar bisik
tipu daya asmara:
‘Percayalah, aku pasti datang
meminangmu, Sayang’
Ia mengangguk.
‘Jangan takut, Sayang,
tak ada yang berani
menangkap kita di sini,
Sebab, mereka pun bayar
uang keamanan’
Lalu, berpadulah
dua pusaka insan
tak berjasa itu
di situ,
di tempat-tempat
yang memang disediakan
untuk orang-orang
memadu pusaka.
----------------------------------------
Januari 2018
Januari 2018
----------------------------------------
ELEGI
KACA
: terkenang Amel Nasution--korban intimidasi
guru
di sekolah, Padangsidempuan.
di sekolah, Padangsidempuan.
Amel, sebuah kaca pecah
di ruang tata rias.
'Seorang perempuan melempar kursi, kemarin,'.
kata seekor kutu yang terselip di sisir.
'Ia marah besar, saat tahu ada botak di kepalanya,'.
Amel, sebagai kaca
fungsimu tepat!
Tapi, alangkah malang nasibmu, kau salah
menurut perempuan (botak) itu.
Jadi begini, baginya,
sekalipun kau kaca, tetap kau
tak boleh menampakkan
sisi selain
cantik parasnya.
Amel,
sungguh, sebagai kaca
fungsimu tepat;
Tapi, ya, sekali lagi
kau tetap salah
bagi perempuan
di ruang tata rias itu.
Kerna kau
adalah mimpi buruk
bagi mereka.
----------------------------------------
Batang Pane II, Februari 2018
Batang Pane II, Februari 2018
----------------------------------------
POTRET KKN
Sidempuan
kota,
Perempuan
dengan lubang bisul
di
seluruh badannya.
Kerna
ingin terlihat cantik
saat
menghadiri pesta perkawinan
siang
dengan malam,
Maka,
dipakainya gaun termahal
dari
Plaza--Indonesia bahkan Eropa.
Tapi,
bisul tetap saja bisul,
bisa
tumbuh di tangan
bokong,
betis, jidat bahkan
di
selangkangan.
Sidempuan
kota,
Perempuan
dengan lubang bisul
di
seluruh badannya;
bertaubatlah
atas dosa-dosa
megalomaniamu
itu.
Sebelum
orang-orang lajang tua
yang
gagal kawin lantaran
tak
punya biaya
bangun
dari tidurnya.
Lihatlah!
ada
pisau di tangannya.
----------------------------------------
Padangsidempuan,
Januari 2018
----------------------------------------
PADANG NADIMPU
-nama
sebelum Sidempuan
1 /
Padang
Nadimpu.
Sebagai
kota
dialah
kota tanpa putra-putri
dari
tiga lelaki
yang
meminangnya.
2
/
Pengemis
baris
tak
perduli gerimis.
Anak
mama
bebas
mengisap ganja.
Mereka
pun
Tertawa
tanpa protes
Umak-Ayahnya.
3 /
Padang Nadimpu.
Bagai etalase rusak
di
toko, dan
sepotong
arang dalam
comberan.
4 /
Kini, masihkah
Kami harus percaya
Pada pernikahan-
pernikahan berikutnya
Cukup,
Aku rasa tidak!
----------------------------------------
Padangsidempuan,
Januari 2018
----------------------------------------
0 komentar:
Post a Comment