Seputar Dunia Pendidikan

Tuesday, 23 October 2018

PUISI SUNARYO JW


foto by Arif Munanda
TIGA FRAGMEN KESEDIHAN

1/

Di pesta perkawinan, ahli adat itu
raja dengan singgasananya;

ada tari penghormatan baginya
dan penyematan lencana

sebagai tanda bagi ahli adat itu
boleh berkuasa, pada hari itu

sehari atau dua hari,
atau dua hari lebih,
tak ada yang boleh menyangkal
segala sabdanya, di istana bongkar-pasang itu;

ahli adat tak lain lilin bagi gelap
atau kompas bagi penjelajah.

2/

Tapi, bila habis waktu berpesta
pangkat ahli adat itu
turut kedaluwarsa,

tak ada lagi tari penghormatan
atau penyematan lencana

kerna tanpa pesta
tanpa upacara-upacara
tak akan ada daulat ahli adat!

3/

Kini, setelah ahli adat itu
selesai membaca kitab keadaan

ia lantas berpikir
bagaimana cara bertahan hidup

agar tak layu mawar di dapur
dan tak gugur daun di kamar tidur.

Kuli, ya, kuli!

Tak ada selain kuli
di wilayah tanpa introspeksi;

kuli panggul, kuli bangunan
akan dilahap para ahli adat

yang tak bisa berdaulat setiap saat.

“Ya, beginilah, kalau jadi raja musiman
tanpa pesta, tanpa upacara-upacara

ahli adat tak lain perut yang lapar

perlu diisi, perlu perjuangan,
agar tak mati ditikam kelaparan,” katamu.

-------------------------------------
Padangsidempuan, Juli 2018
-------------------------------------

(Haripuisi.info, 26 Agustus 2018)

0 komentar:

Post a Comment