PUISI SUNARYO JW
foto by Arif Munanda
1/
Di
pesta perkawinan, ahli adat itu
raja
dengan singgasananya;
ada
tari penghormatan baginya
dan
penyematan lencana
sebagai
tanda bagi ahli adat itu
boleh
berkuasa, pada hari itu
sehari
atau dua hari,
atau
dua hari lebih,
tak
ada yang boleh menyangkal
segala
sabdanya, di istana bongkar-pasang itu;
ahli
adat tak lain lilin bagi gelap
atau
kompas bagi penjelajah.
2/
Tapi,
bila habis waktu berpesta
pangkat
ahli adat itu
turut
kedaluwarsa,
tak
ada lagi tari penghormatan
atau
penyematan lencana
kerna
tanpa pesta
tanpa
upacara-upacara
tak
akan ada daulat ahli adat!
3/
Kini,
setelah ahli adat itu
selesai
membaca kitab keadaan
ia
lantas berpikir
bagaimana
cara bertahan hidup
agar
tak layu mawar di dapur
dan
tak gugur daun di kamar tidur.
Kuli,
ya, kuli!
Tak
ada selain kuli
di
wilayah tanpa introspeksi;
kuli
panggul, kuli bangunan
akan
dilahap para ahli adat
yang
tak bisa berdaulat setiap saat.
“Ya,
beginilah, kalau jadi raja musiman
tanpa
pesta, tanpa upacara-upacara
ahli
adat tak lain perut yang lapar
perlu
diisi, perlu perjuangan,
agar
tak mati ditikam kelaparan,” katamu.
-------------------------------------
Padangsidempuan,
Juli 2018
-------------------------------------
(Haripuisi.info, 26
Agustus 2018)
0 komentar:
Post a Comment